2032

Kamis, 21 Januari 2010


Bukan judul sekuel film 2012 tentang kiamat itu, bukan pula ramalan penduduk Papua yang masih berkoteka ga’ makan nasi itu yang katanya pemerintah keberadaan mereka itu guna menjaga identitas budaya dan kearifan lokal yang dimiliki bangsa..halah terserahlah bila itu lebih merdu terdengar ketimbang ketimpangan sosial dan pembangunan yang ga’ merata, setidak-tidaknya kata2 itu menghibur telinga kita yang bosan ngedengar berita tentang moral kita para sinebi yang sedang sakit..

Tapi boleh juga sih dikatakan bahwa 2032 adalah kiamat, yah paling tidak bagi para lelaki di Indonesia, ntar deh aku ceritain, maksudku menulis ini cuma karena kemaren ada teman yang curhat katanya dia berantem dikarenakan ngerebutin perempuan yang sama.. miris juga sih mendengarnya, jadi ingat masa lalu he3x..
tapi kalo aku dulu sih lebih tau diri, maksudku karena tau kalau diri ga’ tampan banget gitu..kurus, item, miskin jadi ya ngalahlah, silakan saudaraku yang lebih guanteng maju duluan.. yah meskipun kadang harus menangis di tembok ratap kamar sempit 3x1,5 meter di BCT Blok IV Kav. 47 itu, tapi aku tetap punya kalimat sakti yang selalu buat aku tegar, aku bilang pada diri “emang perempuan cuman satu?!”.

Ya, emang perempuan cuman satu? cobalah kita pikir, setelah dikurangi korban perang di timur tengah, di timur-timur, di kampung melayu, di RT/RW, dikurangin para biksu, para pendeta hmm.. pastur apa pendeta ya yang ga’kawin, ah pokoknya itulah.., dikurangin para pecinta sesama..kata lain homo kalau ga tau! masak gitu aja masih mau protes?? trus dikurangin hmm..apa ya..yah mungkin kerja-kerja yang seringkali makan korban karena ga’ ada jaminan keselamatannya seperti kuli bangunan yang kerjanya di lantai 24 lah jangankan lantai 24 kepleset dari lantai 4 Mall kayak diberita2 itu juga pada koit—kenapa juga sih diberitain—malah jadi modelkan? Jadi inspirasi bagi mereka yang katanya para pakar kejiwaan “tidak lagi mampu mengendalikan diri dan masa depannya”,lah kok ngomongin kpleset, balik.. trus dikurangin juga para eksmud..hi9x..bukannya ngehakimi nih, gosipnya sekarang lagi musim eksmud yang kena impotensi.. hey..bukan! bukan berarti im yang artinya dalam dari kata semacam impor dan potensi merupakan kemampuan sehingga impotensi adalah kemampuan yang berasal dari dalam diri, tapi impotensi itu.. heran deh kenapa sih dengan para pembaca sekarang yang seringkali minta dijelasin tentang kata2 agak mentereng dikit aja.. iya..iya impotensi kalo bahasa kita itu lemah syahwat..apa?? ga’ngerti lagi waduh..dah cari di wikipedia saja sana atau tanya mbah google tuh..mbah yang ngerti segala macam persoalan, tapi mesti nyiapin sesajen acces point dan semacam lintingan kilobite gitulah..nah sampai dimana tadi? Oya dikurangin..dikurangin itu semua saja saudaraku, jumlah lelaki didunia ini sudah sangat sedikit, kenapa juga mesti rebutan cewek.. apalagi sensus yang memiliki meminjam kata legendarisnya Arai dalam tetralogi laskar pelangi itu, hah..belum baca..kasian deh lo makanya beli..he3x..meskipun aku juga dikasih ma sobat yah walaupun cuman sang pemimpi dan edensor, makasih ya sambac.. tapi aku bisa dengan bangga minjam katanya Arai ini.. sensus memiliki “wewenang ilmiah” dalam soal jumlah penduduk di Indonesia, dan katanya sensus, jumlah rasio kelamin laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan, eh benar ga’ sih? Googling bentar ya.. hmm.. loading..loading..loading tara.. walah bedanya dikit aja kawan menurut hasil sensus BPS yang 10 tahun sekali itu, terakhir tahun 2000.., hasil terakhirnya baru-baru ini ternyata Laki–laki : Perempuan = 107.274.528 : 106.100.759 dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 213.375.287 jiwa, wah-wah ternyata jumlah lelaki malah sedikit lebih banyak 1.173.769 ck..ck..ck.. jadi gimana nie bos, pantas dong kalo kita rebutan cewek, eits..tunggu dulu gan..itu kan data belum dikurangin yang diatas jadi meskipun kita ga’ dapat wewenang ilmiah kawanku, aku katakan padamu kita masih memiliki “wewenang fakta”, tapi emang bahaya juga kalo dah tahun 2032..

Kenapa my friend? ceileh kayak gaya bicaranya Mc Cain lawan politiknya Obama dulu ya.. my friends..merdu banget.. begini, dengan jumlah penduduk lebih dari 1,3 milyar dengan luas negara 9.596.960 km saat ini Pemerintah China yang sejak 1979 sudah memberlakukan kebijakan pasangan keluarga di perkotaan hanya boleh punya satu anak, sedangkan pasangan yang tinggal di pedesaan boleh memiliki dua anak jika anak pertamanya perempuan, namun sejak 2002 kebijakan itu diperketat dengan bahasa “satu keluarga satu anak” dengan slogan-slogan keras di pedesaan seperti "Kurangi bayi, perbanyak babi", "Lebih banyak anak, lebih banyak kuburan", "Rumah dirobohkan, sapi disita, kalau tuntutan aborsi ditolak" dan "Satu bayi lagi berarti satu kuburan lagi". Nah di bawah kebijakan satu anak, pasangan suami-isteri di China harus mengajukan ijin kelahiran sebelum memiliki seorang anak. Wanita yang belum menikah dilarang melahirkan anak, wanita menikah dengan satu anak diberi Intra-Uterine Device (IUD), dan wanita yang kadung sudah memilki anak dua atau lebih secara paksa di sterilisasi. Bahkan tercatat aborsi paksa setiap tahunnya sampai dengan 13 juta wuih.. jadi kesuksesan para pemimpin di China baik pusat, daerah maupun pedesaan adalah “menghambat laju jumlah penduduk” bukan hal aneh bila kita dengar ada para pejabat pemerintah, anggota legislatif, anggota partai China yang dipecat gara2 ga’ bisa melaksanakan kebijakan itu baik dikeluarganya sendiri maupun kepada masyarakat. Jadi my friend dalam kondisi di bawah kebijakan satu anak begitu para keluarga di China, mau ga’ mau kemudian lebih memilih anak laki2 untuk dilahirkan yah apalagi aborsi dianjurkan, kenapa anak laki2? ya apalagi kalau bukan pembawa nama marga atau keluarga, anak laki2 derajatnya lebih tinggi! seperti itulah kira2.. meskipun pemerintah China kini agak lebih santun dan tidak terdengar mengancam lagi dalam slogan yang dikampanyekannya seperti "Ibu Pertiwi terlalu penat untuk menanggung lebih banyak anak" dan "Anak perempuan dan laki-laki sama-sama buah hati orang tua", tapi tetap saja keinginan memiliki anak laki2 adalah impian keluarga di China.

Lalu apa hubungannya dengan 2032 pak guru? Lah bayangkan saja bila anak laki2 itu nantinya sudah masuk masa kawin, dia mau nyari perempuan dimana lagi coba? tentunya salah satu tujuan wajib yang mesti di datangi adalah negara kita, RI.. ya apa ya?.. pada akhirnya bukan saja melamin, keramik dan plastik murahan yang berlabelkan Made In China, tapi juga anak-anak Indonesia.
Masih menganggap 2032 bukan kiamat? Masih mau rebutan kodew sam? Masih mau berpoligami? untuk yang terakhir aku akan jawab “MAU..MAU..MAU..” Ha9x.. have a nice day all ^^

Read More..

GILA

Minggu, 22 November 2009

Menjadi Gila untuk ketidakwarasan! Menjadi Gila untuk sistem yang memarjinalkan! Menjadi Gila untuk ketidaksadaran!

Zaman iki zaman edan, ora edan ora keduman bunyi satu pameo Jawa yang terkenal itu, terserah dah anda artikan apa, namun tampaknya inilah kenyataan yang kita dapati sehari-hari, susahnya membedakan mana yang waras dan mana yang Gila, mana yang normal dan mana yang Gila. coba lihat bagaimana gilanya biaya sekolah kita, biaya berobat, “biaya” jadi PNS, biaya ini itu dan seterusnya. pertanyaannya kemudian, apa sih sebenarnya Gila itu sendiri? Dalam keseharian, mungkin bisa kita katakan bahwa Gila adalah satu yang bertolak belakang dengan satu yang normal, satu yang biasa, satu yang wajar, satu yang waras dan atau satu yang banyak dilakukan orang atau masyarakat—bukan pengertian yang dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia! sepakat syukur, tidak ya’ lebih baik—misalnya dalam berprilaku, berpakaian itu wajar maka ketika anda bertelanjang ria di jalan-jalan bisa dipastikan anda Gila,—bisa anda buktikan, kalau mau—contoh yang lain, berkomunikasi itu membutuhkan dua orang atau lebih dan lazimnya dengan sesama manusia, nah tatkala anda bisa berkomunikasi dengan tumbuhan, hewan, batu atau dengan diri sendiri maka lagi-lagi dapat dipastikan, orang banyak akan bilang anda Gila. Jadi Nabi Sulaiman yang bisa berbahasa binatang itu Gila dong? Dari pengertian itu tentu saja jawabnya adalah “iya”, tidak saja Nabi Sulaiman lho sebenarnya, karena semua Nabi dan Rasul yang diutus Tuhan Subhanahu Wata’ala juga dikatakan Gila. Lihat gilanya Ibrahim ketika menghancurkan Tuhan-tuhan yang disembah kaumnya waktu itu, gilanya Shaleh oleh kaum Tsamud (Qs. 11 : 24), gilanya Huud dari Kaum ‘Aad (Qs. 11: 54), Nuh (Qs. 23 : 25, 54 : 9), pun tidak berbeda dengan yang dihadapi Muhammad (Qs. 23 :70). Ya, mereka semua dikatakan Gila. Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka katakan; “ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila” (Qs. 51 : 52).

Dengan begitu dapat kita simpulkan bahwa Gila adalah salah satu dari sekian banyak konstruk sosial yang ada—dari zaman bahula lagi—oleh karenanya Gila menjadi sesuatu yang tidak asing ditelinga kita, tidak sekedar cemoohan, cercaan, hinaan atau sejenisnya melainkan juga suatu ungkapan kekaguman seperti Eureka!-nya Archimedes. Namun anehnya banyak—kalau tidak boleh dibilang semua—orang yang hobby mengucapkan Gila! tidak kepengin disebut Gila, coba perhatikan seperti; “emang aku gila apa?”, “gila kali ye aku lakukan itu..”, “gendeng po’o?”, “uedan..ora gelem aku”, dan sebangsanya, padahal kalau kita perhatikan dengan seksama sebenarnya Gila tidak wajib tidak baik. Masuk akal kiranya bunyi pameo Jawa tadi ketika zaman sudah Gila maka kita mesti ikut Gila, artinya kita Gila untuk satu ketidaknormalan seperti kutipan—yang tidak akan anda dapatkan dimana-mana—diatas. Coba anda pikir sekaligus renungkan sejenak ketika hampir semua lapisan masyarakat kita melakukan korupsi dan anda tidak, banyak orang berebut kekuasaan dan anda tidak, mayoritas orang akan melakukan apa saja termasuk melacurkan diri, menjual anaknya sendiri, menggadaikan kehormatan, menjilat sana-sini untuk dapat hidup enak dan anda tidak, sebagian besar orang pengen kaya dan anda tidak, kawan-kawan anda kuliah di ruangan dingin ber-ac, anda malah teriak-teriak dipanas-teriknya mentari di depan gedung yang konon katanya milik rakyat itu. Tidak ada kata lain untuk kesemuanya, anda Gila!

Bukan suatu yang burukkan? Ya, menjadi Gila, walaupun mungkin resikonya sama seperti orang yang bisa melepaskan diri dari gua dalam cerita Plato, sama seperti Sokrates yang diperintahkan untuk meminum racun karena “meracuni” para pemuda Athena, sama seperti Copernicus yang dipenggal karena menghina Tuhan karena mengatakan bumi mengelilingi matahari, sama seperti yang dirasakan Iblis ketika semua makhluk mencemoohnya, sama seperti Joker dalam satu pak kartu remi yang selalu dimarjinalkan, tidak dipedulikan, diasingkan ditinggalkan dalam banyak permainan.. gila emang..

Read More..
 
 
 
 
Copyright © catatan yang lain